Jumat, 30 Agustus 2013

- 1 comment

Jahit Mulut


Di kotaku. Setelah BBM diberitahukan naik malam itu. Seseorang datang dengan jahitan di mulutnya.[1] Seseorang yang tak dikenal. Tak diketahui datang dari mana. Ia tiba tiba-tiba saja dengan jahitan di mulut, matanya basah, seperti tangis yang telah pecah.

“Apa yang dia lakukan?” Tanya seseorang yang tidak dijahit mulutnya.

Ia hanya diam saja di tengah kota. Sepanjang hari. Dari kedatangannya malam itu. Setelah BBM diberitahukan naik. Pada saat itu penduduk kota ini hanya melihat sekilas dan berlalu begitu saja. Beberapa orang berhenti sebentar melihat jahitan di mulutnya, kemudian mengangkat bahu, garuk-garuk kepala, menutup matanya, dan bergegas meninggalkan tempat itu.

“Ntar ngomongnya gimana?”
“Iya, makannya gimana?”

Sudah beberapa kali di negeri ini BBM dinaikkan. Menyusul kenaikan harga BBM di pasaran antar negara yang seperti lari dikejar anjing. Ketika pertama kali BBM dinaikkan, disambut dengan perusakan di kota-kota, bangunan-bangunan rusak, orang-orang berkumpul dan membawa sesuatu dari dalam toko-toko, mereka berlarian, ada yang terinjak, ada yang terbakar, ada yang membawa tv, ada yang membawa motor, ada yang membawa hp, ada yang tertawa puas, ada yang menangis, ada yang mati, ada yang memeluk sepatu.

Pada mulanya, BBM satu liter seharga dengan segelas teh. Satu liter, berarti sama dengan meneguk segelas teh, di sebuah siang yang terik. Es teh, dengan sedikit gula, seharga dengan satu liter BBM.

Sudah sepuluh tahun kenaikan itu berlangsung. Sudah beberapa kali BBM dinaikkan. BBM seperti lari dikejar anjing.       

Ketika orang mengenal api, lalu makanan dimasak, lalu BBM. Ketika orang makan mentah[2], kemudian ketika makanan difermentasi, kemudian ketika makanan dimasak, kemudian ketika makanan dimasak dengan api dari BBM. Nah, ketika itulah maka BBM dirasakan menjadi bagian dari kehidupan.

Tiga hari kemudian. Seseorang yang dijahit mulutnya itu menghilang, tanpa bekas. Hanya menyisakan berkas di koran selama tiga hari itu.

“Mungkin ia pindah,” kata seseorang yang tidak dijahit mulutnya.
“Tapi kemana?”  

Mereka mulai merasakan bagian dari peristiwa yang hilang di kotanya. Sepertinya seseorang yang datang dengan jahitan di mulutnya itu ditunggu kehadirannya, tapi mereka seperti tak peduli ketika ia berada di tengah kota. Ketika menghilang itulah baru mereka merasa ada, sesuatu yang menjadi bagian, lalu bagian itu pergi.  

Salah seorang pematung lalu menitikkan air matanya. Ia mengelap air matanya perlahan, dengan tisu yang sama-sama mengeluarkan tangis. Air mata untuk kepergian seseorang yang ada jahitan di mulutnya. Pematung itu menitikkan air matanya hingga air mata itu berubah menjadi merah, menjadi darah. Pematung itu tak sadarkan diri hingga beberapa hari, sepertinya satu purnama.

Segera setelah siuman, pematung itu membuat patung seseorang yang ada jahitan di mulutnya. Sebenarnya pematung itu ingin merobek mulutnya. Tapi ia tak sanggup, ia hanya bisa menitikkan air matanya. Lalu patung itu dibuatnya selama seminggu.

Pematung itu lalu membiarkan patung seseorang yang ada jahitan di mulutnya di tengah kota. Orang-orang yang lewat di sana merasa seperti melihat lagi, diingatkan lagi seseorang yang ada jahitan di mulutnya. Hingga, pematung itu pun perlahan menghilang ditelan gosip kota. Di kota ini.   

“Aku tak tau, apakah si pematung itu kawannya?” tanya seseorang yang bukan pematung.
“Pertemanan yang dibangun dari air mata”

Kabarnya. Seseorang pemancing menemukan pematung itu sedang berenang mengambang diseret arus sungai dengan ada jahitan di mulutnya. Tapi kabar itu disanggah ramai-ramai, mereka tahu, pemancing itu saat melihat kejadian dimaksud sedang mabuk. Pemacing yang mabuk sambil bersandar dinaungi payungnya.

Seorang kritikus patung, juga pengamat seni rupa kontemporer mengira patung tersebut merupakan masterpicenya si pematung. Lalu orang-orang mengira, tapi itu hanya kira-kira saja, jangan lama-lama, yang kira-kira dong ya. Jadi pernah tersiar bahwa pematung itu membuat patung dari pecahan tubuh seseorang yang ada jahitan di mulutnya. Makanya, kalo ngira-ngira yang kira-kira dong.

Orang-orang mulai mengingat tiga hari yang berkaitan dengan seseorang yang ada jahitan di mulutnya.

“Aku sedang mencuci baju,” kata seorang pengelola laundri.
“Aku sedang berdandan,” kata seseorang yang suka dandan.
“Aku sedang foto-foto,” kata seseorang yang hobi foto-foto.
“Aku sedang memberi makan anjing,” kata penikmat anjing.
“Aku sedang mabuk,” kata pemabuk yang sangat mabuk.
“Aku sedang memijit,” kata tukang pijit sambil mijat-mijat seseorang.
“Aku menyiram kebun,” selang yang menyemprotkan air itu tak mau lepas dari tangannya
“Aku mengoplos BBM, maklum BBM mahal, biar ada tambahan.”
“Aku minum BBM.”

Dari pernyataan di atas, dua diantaranya berhubungan dengan BBM. Mari kita cari lagi bagian pernyataan mana yang ada kaitannya antara BBM dan seseorang yang ada jahitan di mulutnya. Lalu beri tanda silang.

Seperti sebuah soal dalam sebuah ujian logika dan penalaran, mereka mulai mengaitkan BBM dengan kejadian tiga hari yang mereka sedang kerjakan. Mereka yakin, meski ada kaitannya sedikit, maka ada premis-premis yang nyangkut dan menghasilkan sintesa, antitesis, hipotesis, dan sebagainya.

Malahan, seseorang mengingat-ingat kejadian tersebut dengan cara setengah tidur sambil memegang sendok[3]. Jadi antara sebelum tidur dengan menuju tidur, eh, antara sadar dan tak sadar, nah di sana maksudnya.      

Lalu bagaimana dengan yang lainnya, cara mengingat kejadian tiga hari itu yang berkaitan dengan seseorang dengan jahitan di mulutnya. Beberapa orang membaca buku creative writing.[4] Beberapa orang membaca mimpi-mimpi einstein[5], dengan membaca mimpi einstein mereka berharap bisa mengingat tiga hari yang berkaitan dengan seseorang yang ada jahitan di mulutnya.

Salah seorang setelah membaca mimpi einstein pergi ke gunung dan membuat rumah di atas pohon, dengan harapan-harapan yang mawar. Lalu para pembaca creative writing berusaha menaklukan tiga kata yang memanggil kenangan pada tiga hari yang berkaitan dengan seseorang yang ada jahitan di mulutnya. Selebihnya memilih mandi, berlari-lari kecil di kompleks rumahnya, pergi ke tempat kebugaran.

Hingga akhirnya mereka menemukan kebuntuan dan mulai berkumpul di suatu tempat di tengah kota, bisa jadi kafe, mall atau diskotik. Mereka mulai merencanakan sesuatu yang belum mereka bayangkan sebelumnya. Mereka menunda keputusan itu, mereka lalu bersenang-senang di tempat mereka berkumpul.

Yang berkumpul di diskotik, joget sampai kelenger dan pening-pening. Yang berkumpul di mall jalan kesana kemari naik tangga eskalator lift sampai kakinya bengkak-bengkak. Yang berkumpul di café makan minum dan ngobrol sampai perutnya kembung sampai malas bicara. Tak ada yang berkumpul di kantor, huh, mereka sudah muak dengan kantor, tempat bekerja, dan tempat formal lainnya.

Hingga pada titik itu, mereka mulai memutuskan inilah saatnya.      

Mereka, penduduk kota ini beramai-ramai menjahit mulutnya masing-masing. Lalu di hari ketiga mereka hilang semuanya. Kota menjadi sepi. Gosip kota ini terus berjalan. Penyanyi dangdut[6] melantunkannya di setiap kesempatan.

O jahit mulutku
Sumpah sayang
Ayo bergoyang





[1] Abaikan saja antara penulisan Dijahit mulutnya dengan Jahitan di mulutnya, maksud dari dua hal tersebut merujuk pada seseorang itu. Mohon maklum. 
[2] Mengutip dari buku pengantar antopologinya Koencoroningrat. Kalau tidak salah; Mentah, Fermentasi, Dimasak, merupakan siklus makan dari antropolog Levi Strauss,.
[3] Kalau tidak salah, Salvador Dali melakukan hal tersebut dalam proses kreatifnya.
[4] Buku yang dibaca adalah Creative Writing bisa karya siapa saja.
[5] Kalau tidak salah judulnya Mimpi-mimpi Einstein, diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Yusi Avianto Pareanom.
[6] Entah ada keberpihakan apa aku pada penyanyi dangdut, sehingga penyanyi dangdut ini tidak dijahit mulutnya, malahan ia bebas bernyanyi. Duh…


Penulis: Wahyu Heriyadi

Tulisan lain dari Wahyu Heriyadi

Kenali lebih dekat di sini:

Icon Icon mengumpulkan saja

1 komentar:

  1. Kok, tampilan tulisannya di aku, muncul beginian ya : [1]

    Baca cerita ini, sariawan gw langsung senat-senut :)

    BalasHapus